Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Desktop

Chat

Bookmarks

User

Mail

Videos

Contact

Mobile

Archive

Racing

Cute

Travel

Kota

Portfolio

Feature

My Scret Love

My Secret Love
Oleh: Khildha Rizqi Amalia


Cinta, apa itu cinta? Cinta bukan hanya sekedar mengutarakan rasa atau nafsu belaka melainkan sebuah naluri yang harus di jaga, kita tak pernah tahu kepada siapa kita akan jatuh cinta, kapan dan dimana hal itu terjadi. Cinta datang begitu cepat dan tak pernah disadari cinta datang tanpa salam. 
Gadis manis nan elok bernama sephia ini, Bertahun-tahun merasakan jatuh cinta, tapi baru kali ini ia merasa tak seperti biasanya. Dua kali gagal dalam cinta yang berujung frustasi bahkan sampai trauma, bukan hal yang mudah untuk membuka hati kembali. Tapi entah mengapa sephia mulai jatuh cinta lagi pada temannya sendiri. Dulu saat sering bersama, ia tak pernah merasakan apa-apa, ya… layaknya teman biasa, bahkan setiap dia menyemangati, sephia hanya berfikir “ya dia teman ku, wajar dia menyemangatiku.” Kata-kata itu yang selalu ia lontarkan. Tapi ada satu kejadian dimana sikapnya bukan lagi teman biasa, “ah, tidak, tidak mungkin dia menyukaiku” katanya, sambil berkaca. Setiap hari, detik demi detik si gadis kecil ini selalu bertanya kepada dirinya sendiri, “apakah aku layak untuk di cinta? Apakah benar dia lelaki yang selama ini mencintaiku?” Pertanyaan yang tak pernah ada jawabanya, yang tak pernah ditanyakan pula kepada siapapun. Inilah awal kisah sephia si gadis mungil yang merasakan jatuh cinta untuk ketiga kalinya. 
Di kampusnya, sephia adalah gadis yang introvert tetapi sebenarnya ia sangat ramah dan periang namun, karena dia berasal dari keluarga sederhana sedangkan teman-temannya kebanyakan dari keluarga kaya maka dari itu, ia menjadi pendiam dan selalu merasa insecure pada dirinya sendiri. 
Zafran Al-Khatiri biasa disapa zafran adalah lelaki yang selalu menghantui pikiran Sephia semenjak duduk di semester 2. Ia laki-laki yang cukup kalem, pintar, ramah dan puitis, wajar saja banyak wanita yang diam-diam menyukainya termasuk sephia ini. 
Saat jam kosong, terkadang sephia menyempatkan diri untuk pergi ke perpustakaan. Ia mulai menelusuri tiap-tiap lorong yang berisikan buku-buku. Ia pun menemukan buku yang ia cari, kemudian membacanya sambal berjalan mudur. Tiba-tiba…..brukkkkk, sephia menabrak seseorang. 
“aduh, maaf, maaf…, eh zafran? Ternyata kamu, maaf aku ga sengaja.” Katanya sambal menundukan wajahnya. 
“Iya ga papa kok, eh kok kamu disini? tumben banget” tanya zafran.
“ iya lagi iseng-iseng aja cari buku mumpung jam kosong” jawab sephia
“Oh sama dong, aku juga lagi cari-cari buku nih” kata zafran. 
Seketika suasana menjadi hening, dan….ya, tak terasa 5 detik mengalir dalam tatap, mereka pun menjadi salah tingkah dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas. 
“Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku begitu mudah terhanyut dalam tatapannya?” sephia menjadi gelisah dan takut akan terbawa perasaan. 
Singkat cerita, kini sephia memasuki semester 3 yang dimana tiada hari tanpa tugas yang menumpuk. Setiap keluar dari kelas, tubuhnya terasa lelah dan ingin cepat-cepat sampai rumah, saat menyusuri anak tangga, tak sengaja ia melihat zafran sedang duduk di anak tangga. 
“Hey…zafran” sapanya pada zafran.
“eh sephia” ia membalas sapaan sephia diiringi senyuman manisnya. 
“lagi nunggu siapa? Temen-temen ya?” tanya sephia. 
“ iya nih lagi nungguin mereka, lama banget.” Sambil melihat jam. 
“ cieee nunggu hahaha, yasudah aku duluan ya.” Sephia pun jalan lagi.  
“iya, aku nunggu kamu….” Sautnya dengan suara lantang. 
“sephia hanya terdiam sejenak lalu melanjutkan perjalanan pulangnya. 
“ nunggu aku?” tanya sephia dalam hati. “Apa maksudnya? Apa dia…. Ah tidak mungkin, paling dia cuma bercanda.” Pikirnya selalu seperti itu. 
Kata-kata itu lah yang selalu terngiang di telinganya, sampai saat ia mulai memejamkan mata, rasanya kata-kata itu selalu membisikan di kedua telinganya itu. 
“ ya ampun… kenapa aku ga bisa hilangkan kata-kata itu….” Kesal, gundah, resah yang ia rasakan setiap mengingat kata-kata itu sampai tidak bisa tidur. 
Bayangan akan memori itu tak kan pernah bisa lepas begitu saja, ternyata benar sephia sudah mulai ada rasa sejak kejadian itu, sampai memasuki semester 4, kata-kata itu terus ada di pikirannya. 
Hari-demi hari sephia lalui hal seperti itu lagi bahkan, kerap ia memergoki zafran yang terus menatapnya dengan tatapan mautnya, bukan tidak mungkin seorang perempuan tidak akan baper, pastinya si gadis mungil ini selalu salah tingkah tiap kali di tatap oleh lelaki tampan itu. 
“Kenapa bayangan tentangnya selalu berputar-putar di kepala ku? Oh tuhan… aku belum siap jatuh cinta…” katanya sambil memegang kepala. 
“Salahkah bila ku jatuh cinta pada teman ku sendiri?” tanyanya pada dirinya sendiri. 
Setelah sekian lama mereka terlihat dekat, tiba-tiba zafran berubah 180 derajat dari sebelumnya, ia terlihat dingin, cuek dan bahkan seperti ingin menghindar dari sephia. Ada apa dengan nya? Sampai sephia menjadi galau lagi, bahkan zafran tidak lagi menyimpan nomor WhatsApp sephia. Hal itu membuat sephia kesal karna sebelumnya ia bersikap manis tapi belakangan ini terlihat berbeda. Akhirnya tanpa bertanya sephia hanya diam dan menulis sebuah puisi atas perasaan nya terhadap lelaki itu, ya sephia memang hobi menulis puisi karna dia memang lebih suka mencurahkan isi hatinya lewat tulisan bukan ucapan. 
“aku sudah menahan untuk tidak jatuh cinta padanya, tapi tetap saja aku jatuh cinta, dan sekarang semua bahagiaku hilang, bukan dia yang salah, cinta juga tak salah, seharusnya kita tak bertemu, seharusnya aku tak jatuh cinta, kalau pada akhirnya dipisahkan. Buat apa kamu temui aku, buat apa kamu bikin aku jatuh cinta seperti ini kalau kamu tidak ingin menetap. Aku kecewa, sudah tiga kali aku dikecewakan, apa ini memang takdir ku.” Sephia menangis sejadi-jadinya sampai ia lupa makan. 
Sakit hati ya, itulah yang sephia rasakan. Upaya move on pun ia lakukan agar rasa sakit hatinya berkurang. Dan untuk mencurahkan isi hatinya ia selalu menulis puisi di kamarnya. Inilah sepenggal puisi yang ia tulis untuk zafran. 
Gengsi dan ego bersatu menjadi candu
Ketika hati tergerak untuk mengungkap
Bibir ini justru membungkam tak berani bersuara 
Mengapa aku merasa pilu? Tanyaku pada diri ini
Mengapa aku gundah? Padahal semua sudah terpenuhi 
Air mata adalah saksi atas keluh kesah ku
Dan menangis adalah caraku untuk menenangkan pikiranku 
Bertahun-tahun ia lalui tanpa zafran dan ia masih tetap menyimpan rasa cinta itu tanpa diketahui siapapun. 5 tahun berlalu setelah kelulusannya dari universitas, sephia tidak pernah lagi bertemu atau bahkan komunikasi dengan zafran. Pikirnya mungkin dia sudah menemukan wanita lain atau bahkan sudah menikah, sampai di usia 27 tahun sephia belum juga menikah karena ia terlalu sibuk dengan pekerjaan nya sampai di tegur oleh ibunya. 
“nak, kapan kamu mau menikah? Ibu sudah ingin nimang cucu dari kamu, mbok ya ndak usah terlalu berambisi dalam pekerjaan, lihat tuh kakak-kakak kamu sudah pada punya anak, mereka menikah di bawah umur 25 tahun, kamu sudah mau kepala tiga belum juga punya pasangan, ibu ga enak sam tetangga, kamu selalu di bilang perawan tua, ibu sedih dengarnya.” Suara lirih dengan tangisan dari seorang ibu yang tulus mencintai putrinya. 
“maafin sephia buk, bukannya sephia terlalu berambisi, bukannya sephia tidak mau menikah, tapi sephia butuh waktu, dan tidak akan mudah untuk jatuh cinta hanya sekedar main perasaan, cinta yang sephia mau adalah cinta yang tetap dan pasti bukan cinta yang semu, datang lalu pergi begitu saja tanpa salam, aku tidak mau seperti itu lagi bu, sephia sudah dewasa sudah saatnya berpikir dewasa juga. Biarkan orang berkata seperti itu, mereka tidak tahu menikah itu bukan sebuah perlombaan yang main cepat-cepatan, tapi menikah itu butuh kesiapan yang matang supaya tidak goyah dalam pernikahannya. Sephia hanya ingin menikah sekali seumur hidup dengan laki-laki yang benar-benar tulus mencintai ku” Sautnya dengan air mengalir di wajahnya sambil menggenggam tangan ibunya. 
Setiap hari sabtu sephia selalu menyempatkan diri pergi ke toko buku, saat sephia sedang melihat-lihat novel tiba-tiba ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang tak asing lagi baginya, ya siapa lagi kalau bukan zafran. 
“zafran, kamu disini? Apa kabar?” tanya sephia
“eh sephia, iya iseng aja, aku baik-baik aja kok” kata zafran 
“oh…ga nyangka ya kita bisa ketemu lagi aku pikir kamu bakal lupa sama aku”
“enggak kok, mana mungkin aku bisa lupain orang yang aku cintai, eh…” zafran keceplosan.
“apa? Cinta?” sephia sangat terkejut dan hening seketika.
“mmm sephia mungkin ini saatnya, mmmm aku, aku emang cinta sama kamu dari dulu tapi aku ga berani ungkapin perasaan aku, mungkin selama ini kamu berpikir aku mau ngejauhin kamu karna ada wanita lain, tapi nyatanya enggak, aku jauhin kamu karena aku takut terjadi zina, setiap aku lihat kamu hasratku semakin besar makanya lebih baik aku menjauh sementara daripada aku langsung kasih cinta aku ke kamu tanpa kepastian, aku butuh waktu untuk mempersiapkan sesuatu yang pasti, aku mau kita langsung menikah bukan pacaran. Sephia, Will you marry me?” ucapnya dengan segenap cinta kepada sephia. 
Sephia sangat terharu bahkan sampai menangis, ia tak menyangka zafran semulia ini. Selama ini ia salah sangka dengan zafran dan ini lah yang sebenarnya yang ditunggu. 
“zafran… yeah I will” jawabnya dengan penuh haru. 
Akhirnya mereka menikah genap di usia ke 27 tahun sesuai keinginannya dan itu semua berkat doa dari sang ibu yang tulus. 5 bulan mereka menikah semuanya berjalan mulus dan sangat romantis dan sephia kini tengah hamil muda, tapi zafran di tugaskan dinas ke luar kota yaitu ke kota medan. Sephia tampak sedih padahal masa-masa kehamilan adalah masa dimana ia selalu ingin di manja tapi bagaimanapun juga ia harus terima jika suaminya di tugaskan ke luar kota selama 6 bulan. Berbulan-bulan ia jalani hidup sendiri tanpa sang suami sampai pada waktunya ia melahirkan, bahagia, ya dipikirnya ini adalah hari bahagianya karena buah hatinya telah lahir dan sebentar lagi suaminya akan pulang dari luar kota, tapi kenyataan tak sebaik yang diinginkan. Sephia mendapat kabar bahwa pesawat yang ditumpangi suaminya jatuh dan suaminya tak bisa diselamatkan, waktu seakan terhenti, raut wajah yang sempat bahagia berubah menjadi kesedihan yang mendalam, tak terima dengan kenyataan sephia menangis dan ngamuk sejadi-jadinya mendengar kabar buruk ini. Lelaki yang ditunggu selama bertahun-tahun saat dipertemukan kembali hanya dalam sekejap kebahagiaan itu datang kemudian hilang lagi bahkan untuk selamanya. Setelah kepergian suaminya sephia berjanji tak akan menikah lagi dan hanya hidup untuk putrnya, ya cinta sejati tak kan pernah mati. “suatu saat kita akan dipertemukan dalam surganya Allah, tunggu kita disana sayang, aku akan tetap jaga hati untukmu.” Ucapnya dengan lirih. 

*TAMAT* 

Pesan untuk peri kecilku

Pesan Seorang Ayah
@nc-yaningsih


Senja itu berganti malam menghampiri
Tak sengaja kutolehkan menghadap hamparan di atas sana
Sungguh aku yang memulai untuk 
kisah kelam tanpa benderang warna 
yang ku temukan melalui Orbit
Bulan tak lagi tersenyum dihadapanku
Sambil meratapi keadaanku
Menoleh dikau kearahku
Merangkak menghampiriku
Yang terdiam mebisu
Dengan meneteskan air mata
Kau peluk dengan penuh cinta
Berbisik
Malaikat kecil ku
Jadilah sosok wanita muslimah
Yang selalu tersenyum
Walau perih menghadangmu
“Peri kecilku” 
jadilah sosok penerus bangsa yang selau mengutamkan rakyatnya
Jadilah panutan bagi bangsamu
Dengan kesopanan keramahan kejujuran dan ingatlah selalu dengan penciptamu
Jika kelak ayahmu pergi dan tiada daya menyertaimu

Tak punya gadget tak tau informasi?


Sulit Ekonomi Sulit ilmu
Oleh: Fa'iq Nuristio Hadi


Foto Ilustrasi (Sourch: https://www.hipwee.com)

            Perkembangan zaman dari masa ke masa semakin membawa pengaruh cukup signifikan bagi perkembangan pendidikan. Baik perkembangan pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Perkembangan tersebut membawa pengaruh yang cenderung baik namun ada juga beberapa yang cenderung kearah buruk. Sekarang ini teknologi hampir mengusai seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali pendidikan. Banyak dari sekolah menggunakan teknologi untuk memperlancar kegiatan sekolah, baik itu dalam proses belajar mengajar maupun dalam proses kegiatan administrasi sekolah.
Tidak bisa dipungkiri penggunakan teknologi di sekolah bukan tanpa alasan. Banyak faktor yang menjadi pertimbangan penggunaan teknologi di sekolah. Selain untuk memudahkan pihak sekolah dalam melaksanakan tugasnya, penggunakaan teknologi ini juga merupakan fasilitasi yang diberikan oleh pemerintah dengan harapan agar siswa dapat lebih mengenal dan dapat memanfaatkan teknologi dengan baik. Salah satu contoh dari pengaplikasian teknologi di sekolah yaitu penggunaan komputer dalam pengerjaan ujian nasional. Selain itu, di era globalisasi  sekarang ini menuntut para siswa agar dapat menguasai teknologi. Hal tersebut dipersiapkan agar nantinya siswa siap dalam mengaplikasikan berbagai macam teknologi didunia kerja. 
Bahkan penggunakan teknologi sering kali ditakutkan para siswa yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Tidak semuanya siswa memiliki ekonomi yang cukup untuk membeli gadget. Contoh ketika pembelajaran guru menggunakan gedget untuk mencari informasi tentang materi pembelajaran yang tidak bisa ditemukan di buku pembelajaran, tidak semua siswa dapat dengan mudah mengaksesnya. Ketika sebagian siswa yang memiliki ekonomi yang cukup, mereka justru sibuk memainkan gadget mereka dengan lincah bukan untuk mencari materi pembelajaran. Siswa yang tidak memiliki gadget akan bingung bagaimana cara mendapatkan materi. Hal yang lebih buruk lagi adalah ketika mereka yang tidak mempunyai gadget adalah mereka yang mayoritas adalah siswa dengan tingkat ekonomi rendah. Sebagaian besar dari mereka akan dijauhi dan dikucilkan dari lingkungannya. Hal ini akan menimbulkan akibat buruk bagi siswa tersebut, baik kurang dalam pengetahuan mengenai pembelajaran maupun tekanan batin siswa itu sendiri.
Oleh Karena itu, penggunakan teknologi harus diawasi dengan baik oleh pihak sekolah yang melakukan kegiatan dilapangan dan menjadi pertimbangan pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Walaupun gadget dibutuhkan dalam pembelajaran, akan tetapi harus tetap di seimbangkan dengan buku pembelajaran. Agar buku tetap menjadi rujukan utama dengan gadget sebagai pelengkap.

Kegigihan Sang Santriwati


Patah Untuk Tumbuh
Oleh: Rustiningsih

Foto Ilustrasi (sourch: https://contohsoaldanpidatopupoler779.blogspot.com)


Aku mengayuh sepedaku dengan sangat kuat, membiarkan peluh membasahi keningku, membiarkan keringat membanjiri tubuhku, dan aku membiarkan siur angin pantai yang akan mengeringkan keringatku. Hari ini hari Senin, Senin yang teramat berseri. Mentari pagi tersenyum cerah pada Bumi Aceh. Langit biru beserta gumpalan awan putih seakan menyambutku dengan riang, mereka temanku, teman yang menemaniku sepanjang perjalanan ke sekolah. Ketika ku tatap gumpalan awan yang mengambang di atas langit membentang, mereka semua seakan menyemangatiku untuk mengayuh sepeda dengan cepat, mereka menyuruhku tak memperdulikan orang-orang yang aneh menatapku. Awan itu seakan berkata “Ayo kayuh cepat sepedamu Kaiffiya!”
Saat memasuki pintu gerbang sekolah ku tatap alroji digital hitam di pergelangan tanganku, jam menunjukan pukul 07:13 “2 menit lagi” batinku. Aku mengeluarkan lelahku dengan menghembuskan napas panjang “Alhamdulillah” ucapku. Aku segera menaruh tas di keranjang sepedaku dan segera memasuki lapangan upacara, tak perduli dengan jilbabku yang tak rapi karna tadi sepanjang perjalanan terkoyak angin pantai. “Kaiffiya, hampir kamu telat” ucap Sasa temanku. “Iya Sa, aku kesiangan, Alhamdulillah nggak telat” ucapku dengan napas terbata-bata. Sasa Febriani adalah teman yang berdomisili sama denganku. Ya, aku dan Sasa berasal dari kota pendidikan dan kebudayaan yaitu Yogyakarta. Sasa sekolah di Aceh karena ayah dan ibunya dinas di sini, ayah sasa TNI AD, dan ibunya adalah PNS, Sasa di sini tinggal bersama ayah dan ibunya di rumah dinas ayahnya. Sedangkan aku sekolah di sini karena orang tuaku ingin memasukkanku ke bumi pesantren kota Aceh, mereka sengaja menyekolahkanku jauh, katanya biar aku tidak manja. Aku di Aceh bukan bersekolah di Madrasah Aliyah, melainkan sekolah di salah satu SMA negri favorit di Aceh, aneh ya? Aku tinggal di pondok pesantren tapi bukan sekolah di Madrasah Aliyah. Itu kemauanku, awalnya aku disuruh orang tuaku sekolah di MA, tapi entah kenapa aku tak mau, awalnya orang tuaku akan membatalkan sekolahku di Aceh, tapi aku terus merengek akhirnya aku diizinkan orang tuaku masuk SMA di Aceh, dengan syarat aku benar-benar mau tinggal di pondok pesantren, dan aku menyetujuinya. Jarak tempuh pondok pesantren dan sekolahku membutuhkan waktu sekitar 18 menit, membuatku harus memakai sepeda jika ingin cepat sampai ke sekolah, walau begitu aku sangat menikmatinya. Sekarang aku duduk di kelas 3, sebentar lagi aku lulus dan setelah lulus aku akan kembali ke Yogyakarta dan berarap bisa masuk PTN yang aku impikan, yaitu UGM, dari aku TK kata ibu, aku selalu membahas UGM, aku tertawa terpingkal-pingkal saat ibu menceritakan masa kecilku katanya aku selalu berceloteh “Bu, nanti kalau Kaiffiya sudah besar, pokoknya Kaiffiya mau kuliah di UGM, nanti bisa belajar sama ayah tiap hari, tiap waktu, selamanya” ucapku pada ibu, ibu menjawabnya dengan sentilan manis di hidungku “Iya nduk ibu tersayang”  dan ayahku yang saat itu sedang membaca koran, melipat korannya, menghampiriku lalu mengangkatku bagai pesawat terbang. “Kejar mimpi Kaiffiya setinggi langit, ayah akan mendukung apapun itu” “Ayah, nanti kalau Kaiffiya sekolah di tempat ayah, ayah kan yang bakalan ajarin Kaiffiya tiap hari?” Ayah menjawabnya dengan anggukan mantap.
Aku terbuyar dari lamunanku, aku jadi rindu mereka, terakhir kali mereka mengunjungiku yaitu 5 bulan yang lalu, wali santri memang dilarang menjenguk terlalu sering anaknya, di dalam telpon pun dilarang terlalu sering, tentunya dengan tujuan baik, agar kami di sini bisa benar-benar mandiri. “Ayo ngaji-ngaji!” ucap pengurus yang satu persatu menggedor kamar yang masih berpenghuni. “Hari ini jadwalnya apa Zakya?” ucapku pada Zakya teman sekamarku, santri wati yang berasal asli dari Aceh. “Arba’i Nawawi. Kaiffiya cantik”  ucap Zakya lembut. Aku mengangguk segera memakai rokku, dan mengambil kitab Arba’i Nawawi. “Cepat sikit Kaiffiya”  “Ayo! Ayo! Gegas lah” ucap Rose dan Syarma santri wati asal Malaysia itu terus mendesak Kaiffiya, bukan tanpa alasan, melainkan jika pada waktu ngaji kita masih berada di kamar maka kita akan kena takziran oleh mbak-mbak pengurus.
Terdengar gedoran pintu dari luar kamar nomor 2, tak lain adalah kamar mereka berempat. Zakya, Rose, Syarma dan Kaiffiya segera membuka pintu dan berhamburan keluar, mereka berlari terbirit-birit menuju kelas mengaji.
Tiba tiba saat aku hendak melangkah masuk menuju kelas, seseorang memanggilku.
 “Kaiffiya Azka Nida”  “Ada telpon dari ibumu dari Yogyakarta, penting” aku mengangguk dan segera memasuki kelas untuk meminta izin kepada ustadzah Zara untuk mengangkat telpon dari ibuku, dan tumben sekali ustadzah Zara mengizinkan. Aku segera berjalan cepat menuju kantor pondok putri “Assalamu’alaikum ibu?” ucapku dengan wajah berseri-seri, sudah lama ibu tidak menelponku. Di sebrang sana terdengar seseorang menjawab salam dan itu jelas bukan ibuku, sana ia mengatakan “Kaiffiya, ibumu dan ayahmu kecelakaan saat hendak menjengukmu, ayahmu meninggal dunia, dan ibumu kritis” tubuhku gontai, budheku pasti berbohong.  Beberapa pengurus menopang tubuhku agar tidak ambruk, ku lihat Zakya, Syarma dan Rose belari ke ruang kantor, tempat aku menerima telpon. Mereka ikut membopong tubuhku yang sudah lemas menuju kamar 2, tempat aku menghabiskan hari-hari luangku di pondok pesantren.
Zakya memelukku erat, begitupun dengan Rose dan Syarma, mereka bertiga ikut menangis,  dan menggenggam tanganku mencoba menguatkan. Aku tak bisa berkata apapun, aku hanya bisa menagis terisak saat ini. Dadaku sangat sesak, ingin aku berteriak tapi aku tak  bisa, ingin aku segera berlari menuju bandara sekarang juga, tak perduli dengan selarut apa hari ini, aku ingin ke bandara dan langsung terbang menuju Yogyakarta, aku, aku ingin melakukannya, tapi seluruh urat nadi dan syarafku sekan tak sinkron bekerja, semuanya terasa lemas, dan aku tak mampu melakukan apapun selain menangis. Ya Allah, kenapa engkau mengambil nyawa ayahku begitu cepat? Bahkan untuk memprotes begitu saja pada Allah SWT aku tak mampu. “Astaghfirullahaladzim ya Allah...” bibirku hanya mampu bergetar pelan seperti itu, sakit sekali apa yang aku rasakan. Semalaman aku tidak bisa tidur Zakya, Rose dan Syarma terus menguatkan dan motivasi aku untuk tetap tegar menjalani hidup,  dan Sasa pun sampai ke pondokku, ketika ia mendengar kabar itu, mereka terus menghiburku begitupun dengan para ustadzah di pondok dan juga bu Nyai, hingga aku bisa terlelap tidur hanya untuk beberapa jam saja. Dan pada keesokan harinya ku lihat budhe dan pakdeku menjemputku untuk kembali ke Yogyakarta, semua teman-temanku memelukku. Ikut menangis berduka cita. Perlahan aku meninggalkan bumi pesantren kota Aceh itu, menuju bandara dan terbang menuju Yogyakarta. Sesampai di sana aku langsung menuju RSUD Yogyakarta, dan segera berlari sekuat tenaga menuju ruang jenazah ayahku, walau tubuhku kian gontai dan terasa lemas, aku tetap berlari dan berteriak  dengan lantang dipenuhi rasa sesak di dada “Ayah!”  aku menuju jenazah yang ditutupi kain kafan putih, aku membukanya perlahan dan berlirih pelan “Ayah!” ucapku sambil menangis terisak dan memeluk jenazah ayahku, malaikat kedua dalam hidupku setelah ibuku.
Budhe dan Pakde menghampiriku, mengusap pundakku dengan lembut, Budhe memelukku dan berusaha menenangkanku, perlahan mereka membangkitkanku untuk berdiri, mengajakku menuju tempat ibu di rawat, aku berjalan pelan, berjalan dengan hati berat, remuk dan terpukul meninggalkan jenazah ayahku.
“Ibu...” aku menangis sesegukan membiarkan luruh perihku terbawa olehnya. Aku menggenggam tangan ibuku pelan “Ibu, sadar bu, Kaiffiya di sini”
“Bu...” aku menunduk dalam dalam, tak terbayangkan jika ibu juga harus pergi meninggalkan aku sendiri, dengan siapa lagi aku ini? Namun aku juga tak bisa menyalahkan sang Khalik, semua ini adalah Kalamullah yang sudah tergaris dan tertulis untuk kehidupanku, ibu, dan almarhum ayahku, bahkan sebelum kami semua terlahir di dunia. Ya, aku percaya pada itu, tapi sakit ditinggalkan orang tercinta, tetaplah sakit, yang bisa memudarkan rasa sakit itu adalah ikhlas yang perlahan akan muncul seiring berjalannya waktu. Ditinggalkan Ayah dan melihat ibu kritis adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidupku.
Satu minggu sudah ibu kritis dan tak sadarkan diri, aku setiap waktu mendampinginya, dan seusai shalat aku selalu mendoakan almarhum ayah dan selalu membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an di telinga ibu. Berharap pada sang Khalik, ia bisa cepat sadarkan diri. “Kaiffiya, ada telpon dari pondok pesantren, katanya temanmu” ucap budhe memberikan handphonenya padaku. Sasa, Zakya, Syarma, dan Rose, selalu menelponku dan menanyakan kabarku setiap hari, mereka mendukungku agar aku kembali lagi ke Aceh, sebentar lagi UN akan dilaksanakan. Dan aku harus menyelesaikan study ku, setelah lulus SMA aku berjanji akan menjaga ibu dan akan bekerja saja, agar ibu tidak terbebani. Tapi setelah ibu sembuh ibu menyuruhku untuk kuliah, aku menolaknya kuat ibu tak mungkin bekerja untuk membiayaiku. “Cita-cita itu harus di kejar selama kamu belum tersingkirkan, walaupun kamu sedang dalam keadaan lemah, sakit, berdarah, selama Allah masih memberimu kekuatan maka kejarlah, yakinlah Allah akan menemanimu, dan membantumu mewujudkannya, banggakan ayahmu di Syurga, Kaiffiya” aku menatap getir ibuku, ibuku yang duduk di kursi roda dan tangan kanannya harus hilang karna di amputasi, aku gagal menahan tangisku di depan ibuku. Aku melihat pengharapan besar di mata ibu, aku tak mampu menolaknya, ibu ingin melihat aku sukses. Ibu menginginkan yang terbaik untukku. Akhirnya aku kuliah di UGM , mengambil jurusan ilmu komunikasi. Aku kuliah sambil bekerja, saat aku kecil aku sering diajari ibu membuat donat, kue dan cup cake, akhirnya aku mencobanya aku berjualan donat dan order cake ulang tahun, rumahku dekat dengan kampus, sehingga jika ke kampus aku menggunakan sepedaku. Aku menitipkan donat, cupcake ke kantin, dan warung-warung, aku mempromosikannya pada teman-temanku, biasanya selesai kuliah aku berkeliling untuk berjualan, setelah itu aku langsung pulang ke rumah untuk merawat ibu. Aku tak menyangka dua tahun aku berjualan keliling, dan akhirnya aku bisa mendirikan toko kue, bahkan hingga bercabang di luar kota. Aku sangat bersyukur pada Allah SWT, Allah telah memberi jalan untukku.
Aku begitu terpuruk selepas kepergian ayahku, bahkan sempat tidak ingin kuliah lagi karena masalah biaya, aku yakin tak mampu untuk bisa menyelesaikan kuliahku. Tapi ibuku, budheku, pamanku, teman-temanku menyemangatiku bahwa aku bisa meraih mimpiku, dengan semangat berjuang, niat yang lurus, dan tawakkal kepada Allah, benar, janji Allah itu memang benar, bahwa ia tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu berusaha merubahnya sendiri. Dan aku jadi ingat pepatah Hasan al-banna kalau tidak salah begini bunyinya “Ketika tekad sudah lurus maka terbukalah jalan” dan benar segala sesuatu itu memang harus diawali dengan niat, niat yang baik dan lurus, firman Allah benar lagi, bahwa segala sesuatu itu tergantung niat. Bukankah begitu? Allahu Akbar.
Dan ingat bahwa patahmu, bukan bertujuan untuk membuatmu jatuh ataupun lemah tak berdaya, melainkan untuk semakin menumbuhkanmu, hidup itu sebatas cobaan, penyaluran mimpi lewat pendidikan itu penting, walaupun semasa itu banyak sekali cobaan untuk membuatmu berhenti mengejar mimpi, tapi kau harus yakin Allah selalu ada untukmu, mendekapmu saat kamu menangis, dan membangkitkanmu saat kamu menyerah, Allah selalu ada untukmu.

Petani dan Literasi


MENEBAR WELAS ASIH DAN MINAT BACA,
MENUJU MASYARAKAT PETANI YANG GEMAH RIPAH LOH JINAWI
Oleh: Dafiqul Fariq Azafil Khariri

Foto Ilustrasi (Sourch: https://pasundanekspres.co/2019/11)

Dari dulu, petani identik dengan masyarakat kelas menengah ke bawah, masyarakat yang ndeso dan kurang dalam hal wawasan ilmu umum, kadang, petani juga dikira masyarakat yang gampang dibodohi, gampang dibohongi dengan dalih kesejahteraan hidup dan pengembangan ekonomi lewat industrialisasi skala besar demi Investasi besar-besaran para pemodal.
Mungkin bisa jadi, Indonesia adalah negara yang gemah Ripah loh jinawi, tapi, apakah itu semua masuk dalam keadaan petani sekarang? Apakah agenda reforma agraria pemerintah Indonesia sekarang bisa mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat? Mungkin sekarang belum, entah esok hari, akan lebih bobrok apa lebih makmur kita belum tau.

Petani dan pengembangan literasi

Pola pikir petani kadang mandek atau stagnan dalam keadaan, mereka pasrah dengan keadaan yang menimpanya, semisal, mereka menjual hasil panen sayur, mereka menjual dengan harga yang murah kepada tengkulak, padahal harga di pasar jauh lebih mahal dari harga di petani. Nah, dari kejadian seperti itu, petani kadang pasrah dengan keadaan, munculah sikap cinta terhadap nasib, mereka tidak mau berfikir kritis macam mahasiswa-mahasiswa pengulik  wacana-wacana alternatif yang tertuang di teks-teks filsafat itu, haha.
Oleh sebab itu, pengawalan seperti pemberdayaan petani lewat pengembangan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup perlu dilakukan, salah satu alternatif untuk meruwat dan merawat regenerasi petani adalah dari dunia literasi, literasi yang bisa memberikan Dunia yang tak terbatas dan menembus segala dimensi. Heheh
Ikhtiar mengubah pola pikir petani yang monoton memang perlu perjuangan yang berdarah-darah, wkwk, tapi itu semua demi masa depan dan keterlanjutan regenerasi petani yang mempunyai paradigma kritis.
Wacana perubahan pola pikir tidak melulu dari indoktrinasi dogmatis, tapi juga perlu pengawasan atau perubahan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu. Pengetahuan mengenai tanah yang subur dan ketrampilan mengelola lingkungan yang baik itu rata-rata didapatkan dari pengetahuan, pengetahuan dari membaca, mulut dari mulut, maupun dari kehangatan ngopi bersama dikala jarum jam mulai menunjukkan jam 12 malam.
mungkin saja, literasi atau pengembangan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup akan bisa merubah sebuah nasib. Mungkin

Petani dan rasa welas asih

Di pedesaan yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani, rata-rata hidupnya aman, tentram, dan bahagia. Bahagia tanahnya tidak jadi ditanami beton-beton bangunan bercerobong besi itu, bahagia karena anaknya bisa mendapatkan prestasi di sekolah, bahagia karena hasil panennya melimpah walaupun kadang dibeli dengan harga murah oleh para tengkulak itu.
Rasa welas asih para petani sudah cukup untuk menutupi kebengisan para setan tanah dan sistem tata kelola reforma agraria pemerintah yang masih ilusi untuk mensejahterakan masyarakat, kurangnya rasa welas asih para petani adalah dalam hal mencintai sebuah pengetahuan yang bisa untuk mengkritisi kinerja para kolega-kolega sistem birokrasi.
Ya pada intinya, tanpa sebuah minat baca yang baik, para petani bisa mempunyai rasa welas asih yang tinggi, tapi rasa welas yang tinggi tanpa sebuah pengetahuan yang memadai, akan gampang dimanfaatkan oleh manusia yang kurang baik. Maka dari itu salah satu cara untuk memerangi kebodohan dan pembodohan adalah dari membaca, apapun perlu dibaca, hehehe.
Semoga saya, kita, dan kalian yang masih merasakan diktat penuh angka pendidikan tidak termasuk dalam manusia kurang baik yang konsumtif, tanpa memperdulikan nasi dan baju itu dari mana, ya dari petani dan buruh lah, edan po dari saku ajaib Doraemon.

Masyarakat desa dan agenda reforma agraria mini

Kenapa perlu agenda reforma agraria mini di petani pedesaan? Ya untuk kesejahteraan masyarakat lah, masa untuk kesejahteraan elit borjuasi itu, haha. Menurut pengetahuan dangkal dan sifat goblok penulis, penulis pernah mendapat pengetahuan tentang pelaksanaan reforma agraria rezim tahun kemarin, agenda kesejahteraan yang belum terealisasi dan macetnya pelaksanaan reforma agraria, juga mandat yang belum berjalan mengenai Tap MPR no. IX/2001. Itu semua menyebabkan abainya penyelesaian konflik agraria disemua sektor, Sampai kemarin muncul pembahasan mengenai RUU PERTANAHAN yang sama sekali tidak memihak kepada petani, ada sejumlah pasal karet dalam RUU PERTANAHAN, salah satunya ada dalam pasal 91, yaitu mengenai Korban penggusuran yang melawan terancam pidana. Bagaimana maksudnya? Masa orang mempertahankan haknya malah di pidana? Astahfirullahal’adhim
Sekarang, perlu adanya pengawalan yg khusus seperti payung hukum untuk kemerdekaan para petani, sebab, penguasaan lahan adalah hal yg inheren dgn kemerdekaan rakyat, Mungkin, hal yang harus dilakukan kaum tani adalah berhimpun kemudian bersama-sama mengubah sifat yang stagnan ataupun mencintai nasib, karena biasanya, konflik-konflik agraria menimpa para petani kelas bawah, maka perlu adanya pengawalan terhadap petani, supaya kaum tani tidak bergerak sendiri melawan RUU Pertanahan dan ilusi reforma agraria.
Dan hal pertama yang harus dilakukan saat ini adalah, membangkitkan kesadaran kaum tani, dengan memahamkan kaum tani lewat edukasi-edukasi yang merubah paradigma sosial petani, seperti halnya literasi dan kemampuan mengolah informasi untuk kecakapan hidup, itu mungkin bisa menjadi tonggak pemikiran progresif para petani untuk melawan kebodohan maupun pembodohan, dan supaya petani tau tentang sebab musabab terjadi penindasan yang mereka alami. Tapi itu semua tidak cukup jika hanya melalui bualan saja, apalagi bualan mbengok-mbengok menyanyikan lagu buruh tani dan darah juang tanpa sebuah sikap keberpihakan terhadap kaum mustadl'afin.
                Salah satu hal yang bisa membantu untuk mewujudkan agenda reforma agraria mini adalah dengan mengelola tanah milik desa atau tanah bengkok, itupun kalau tanahnya tidak dikelola perorangan (perangkat desa), maka dari itu, sekarang perlu adanya pemuda-pemuda yang sadar untuk mensejahterakan masyarakat desa, kira-kira sistemnya begini kalau menurut penulis, tanah bengkok dikelola perangkat desa, tapi hasil panenanya untuk kesejahteraan masyarakat, kegiataan masyarakat, membantu masyarakat yang kurang mampu, dan untuk memfasilitasi anak-anak, pemuda, maupun orangtua yang sudah terlanjur putus sekolah atau pendidikan formal. Yah kalau begitu tidak bisa, cukup anggaran desa saja yang dikelola dengan baik, tendang semua cukong-cukong dalam tata kelola pemerintahan desa, hahaha. Eh kalau tidak ya diminta saja itu tanah para orang-orang kaya yang mempunyai berhektar-hektar tanah, untuk mensejahterakan para pemandu lagu di karaoke aja mampu, masa untuk kesejahteraan masyarakat tanah kelahiranya tidak mau, wkwkw.

Gemah ripah loh jinawi dan kesejahteraan masyarakat

Yah kita tau, Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai kekayaan alam berlimpah, tentram, makmur, dan sangat subur tanahnya. Tapi anehnya, kesejahteraan masyarakat belum bisa terwujud, itu semua tidak serta Merta disebabkan sistem pemerintahan yang bobrok, tapi juga kelakuan masyarakat yang hedonis, glamour, dan konsumtif, tanpa memperdulikan nasib orang miskin disekitar.
Jika bicara tentang agenda reforma agraria sejati, apakah Indonesia tidak bisa mewujudkanya ketika Indonesia mempunyai kekayaan alam yang berlimpah?
Padahal, pengertian agraria tidak hanya  mancakup kepada pertanian ataupun penguasaan lahan, pengertian agraria dalam hukum Indonesia memiliki makna yang luas ketimbang sekedar meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan tanah saja, dalam undang-undang pokok agraria tahun 1960 (UUPA) kata "agraria" mengacu pada semua sumber daya alam, meliputi tanah, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Dalam keadaan sumber daya alam yang melimpah, apakah Indonesia termasuk negara yang gemah ripah loh jinawi? Ya mungkin termasuk, tapi tidak semuanya, masih kurang mengenai aspek kesejahteraan dalam orientasi pengetahuan, yah gimana ya, soalnya rata-rata masyarakat kurang pengetahuan, kurang bisa mengelola informasi, insyaAllah dengan rasa welas asih dan pemuda yang mau usung-usung melakukan penyuluhan minat baca (literasi) kesejahteraan pengetahuan akan mulai mengalami peningkatan.
keterbatasan pendidikan dan pengetahuan mungkin disebabkan kurang baiknya sistem pendidikan dan magernya masyarakat dalam memerangi kebodohan.
Kira-kira begitu yah kawan-kawan, penulis hanya orang bodoh yang minim pengetahuan, sekian terimakasih.

Akan Aku Perbaiki


Cinta Lokasi
 Nurmalita R Anindya





Jika bisa diulang
Akan ku perbaiki semua
Tentangmu yang hanya datang sesaat
     Jika bisa diulang
   Akan ku hentikan perasaanku saat itu juga
      Kenapa harus kamu!
  Yang dipertemukan ditanah perkemahan
 Dan harus dipisahkan oleh jarak bangku sekolahan
   Dulu rasa itu hanya berada di balik tenda
  Namun,mengapa harus berlanjut dalam pesan Teks Dan suara.
 Pikirku,semua akan bertahan lama,ternyata semua hanya angan semata
  Kamu...
Yang pernah sehangat hembusan nafas
Sebelum akhirnya berubah dingin bagai lautan lepas.

Sayang Menangislah


                Mau Sampai Kapan?
            Karya : Sofiana Umi Larasati


Foto Ilustrasi (Sourch: https://www.nyantriyuk.id)



Mau sampai kapan kamu berpura-pura bahagia?
Mau sampai kapan kamu menyembunyikan luka?
Mau sampai kapan kamu menahan air mata?

Sayang, kamu juga manusia.
Kamu boleh untuk berkata "Aku sedang tidak baik-baik saja"
Kamu berhak untuk bahagia, sebenar-benarnya bahagia
Tidak masalah jika saat ini mimpi-mimpimu belum menjadi nyata
Sabar, satu persatu kamu pasti bisa
Toh hidup ini bukan sebuah perlombaan, nikmati saja alurnya.

Aku tau semua ini terasa berat, berpura-pura untuk menjadi kuat.
Tapi, mau sampai kapan?
Select Menu