Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Racing

Cute

Travel

Kota

Portfolio

Feature

» » Petani dan Literasi


MENEBAR WELAS ASIH DAN MINAT BACA,
MENUJU MASYARAKAT PETANI YANG GEMAH RIPAH LOH JINAWI
Oleh: Dafiqul Fariq Azafil Khariri

Foto Ilustrasi (Sourch: https://pasundanekspres.co/2019/11)

Dari dulu, petani identik dengan masyarakat kelas menengah ke bawah, masyarakat yang ndeso dan kurang dalam hal wawasan ilmu umum, kadang, petani juga dikira masyarakat yang gampang dibodohi, gampang dibohongi dengan dalih kesejahteraan hidup dan pengembangan ekonomi lewat industrialisasi skala besar demi Investasi besar-besaran para pemodal.
Mungkin bisa jadi, Indonesia adalah negara yang gemah Ripah loh jinawi, tapi, apakah itu semua masuk dalam keadaan petani sekarang? Apakah agenda reforma agraria pemerintah Indonesia sekarang bisa mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat? Mungkin sekarang belum, entah esok hari, akan lebih bobrok apa lebih makmur kita belum tau.

Petani dan pengembangan literasi

Pola pikir petani kadang mandek atau stagnan dalam keadaan, mereka pasrah dengan keadaan yang menimpanya, semisal, mereka menjual hasil panen sayur, mereka menjual dengan harga yang murah kepada tengkulak, padahal harga di pasar jauh lebih mahal dari harga di petani. Nah, dari kejadian seperti itu, petani kadang pasrah dengan keadaan, munculah sikap cinta terhadap nasib, mereka tidak mau berfikir kritis macam mahasiswa-mahasiswa pengulik  wacana-wacana alternatif yang tertuang di teks-teks filsafat itu, haha.
Oleh sebab itu, pengawalan seperti pemberdayaan petani lewat pengembangan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup perlu dilakukan, salah satu alternatif untuk meruwat dan merawat regenerasi petani adalah dari dunia literasi, literasi yang bisa memberikan Dunia yang tak terbatas dan menembus segala dimensi. Heheh
Ikhtiar mengubah pola pikir petani yang monoton memang perlu perjuangan yang berdarah-darah, wkwk, tapi itu semua demi masa depan dan keterlanjutan regenerasi petani yang mempunyai paradigma kritis.
Wacana perubahan pola pikir tidak melulu dari indoktrinasi dogmatis, tapi juga perlu pengawasan atau perubahan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu. Pengetahuan mengenai tanah yang subur dan ketrampilan mengelola lingkungan yang baik itu rata-rata didapatkan dari pengetahuan, pengetahuan dari membaca, mulut dari mulut, maupun dari kehangatan ngopi bersama dikala jarum jam mulai menunjukkan jam 12 malam.
mungkin saja, literasi atau pengembangan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup akan bisa merubah sebuah nasib. Mungkin

Petani dan rasa welas asih

Di pedesaan yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani, rata-rata hidupnya aman, tentram, dan bahagia. Bahagia tanahnya tidak jadi ditanami beton-beton bangunan bercerobong besi itu, bahagia karena anaknya bisa mendapatkan prestasi di sekolah, bahagia karena hasil panennya melimpah walaupun kadang dibeli dengan harga murah oleh para tengkulak itu.
Rasa welas asih para petani sudah cukup untuk menutupi kebengisan para setan tanah dan sistem tata kelola reforma agraria pemerintah yang masih ilusi untuk mensejahterakan masyarakat, kurangnya rasa welas asih para petani adalah dalam hal mencintai sebuah pengetahuan yang bisa untuk mengkritisi kinerja para kolega-kolega sistem birokrasi.
Ya pada intinya, tanpa sebuah minat baca yang baik, para petani bisa mempunyai rasa welas asih yang tinggi, tapi rasa welas yang tinggi tanpa sebuah pengetahuan yang memadai, akan gampang dimanfaatkan oleh manusia yang kurang baik. Maka dari itu salah satu cara untuk memerangi kebodohan dan pembodohan adalah dari membaca, apapun perlu dibaca, hehehe.
Semoga saya, kita, dan kalian yang masih merasakan diktat penuh angka pendidikan tidak termasuk dalam manusia kurang baik yang konsumtif, tanpa memperdulikan nasi dan baju itu dari mana, ya dari petani dan buruh lah, edan po dari saku ajaib Doraemon.

Masyarakat desa dan agenda reforma agraria mini

Kenapa perlu agenda reforma agraria mini di petani pedesaan? Ya untuk kesejahteraan masyarakat lah, masa untuk kesejahteraan elit borjuasi itu, haha. Menurut pengetahuan dangkal dan sifat goblok penulis, penulis pernah mendapat pengetahuan tentang pelaksanaan reforma agraria rezim tahun kemarin, agenda kesejahteraan yang belum terealisasi dan macetnya pelaksanaan reforma agraria, juga mandat yang belum berjalan mengenai Tap MPR no. IX/2001. Itu semua menyebabkan abainya penyelesaian konflik agraria disemua sektor, Sampai kemarin muncul pembahasan mengenai RUU PERTANAHAN yang sama sekali tidak memihak kepada petani, ada sejumlah pasal karet dalam RUU PERTANAHAN, salah satunya ada dalam pasal 91, yaitu mengenai Korban penggusuran yang melawan terancam pidana. Bagaimana maksudnya? Masa orang mempertahankan haknya malah di pidana? Astahfirullahal’adhim
Sekarang, perlu adanya pengawalan yg khusus seperti payung hukum untuk kemerdekaan para petani, sebab, penguasaan lahan adalah hal yg inheren dgn kemerdekaan rakyat, Mungkin, hal yang harus dilakukan kaum tani adalah berhimpun kemudian bersama-sama mengubah sifat yang stagnan ataupun mencintai nasib, karena biasanya, konflik-konflik agraria menimpa para petani kelas bawah, maka perlu adanya pengawalan terhadap petani, supaya kaum tani tidak bergerak sendiri melawan RUU Pertanahan dan ilusi reforma agraria.
Dan hal pertama yang harus dilakukan saat ini adalah, membangkitkan kesadaran kaum tani, dengan memahamkan kaum tani lewat edukasi-edukasi yang merubah paradigma sosial petani, seperti halnya literasi dan kemampuan mengolah informasi untuk kecakapan hidup, itu mungkin bisa menjadi tonggak pemikiran progresif para petani untuk melawan kebodohan maupun pembodohan, dan supaya petani tau tentang sebab musabab terjadi penindasan yang mereka alami. Tapi itu semua tidak cukup jika hanya melalui bualan saja, apalagi bualan mbengok-mbengok menyanyikan lagu buruh tani dan darah juang tanpa sebuah sikap keberpihakan terhadap kaum mustadl'afin.
                Salah satu hal yang bisa membantu untuk mewujudkan agenda reforma agraria mini adalah dengan mengelola tanah milik desa atau tanah bengkok, itupun kalau tanahnya tidak dikelola perorangan (perangkat desa), maka dari itu, sekarang perlu adanya pemuda-pemuda yang sadar untuk mensejahterakan masyarakat desa, kira-kira sistemnya begini kalau menurut penulis, tanah bengkok dikelola perangkat desa, tapi hasil panenanya untuk kesejahteraan masyarakat, kegiataan masyarakat, membantu masyarakat yang kurang mampu, dan untuk memfasilitasi anak-anak, pemuda, maupun orangtua yang sudah terlanjur putus sekolah atau pendidikan formal. Yah kalau begitu tidak bisa, cukup anggaran desa saja yang dikelola dengan baik, tendang semua cukong-cukong dalam tata kelola pemerintahan desa, hahaha. Eh kalau tidak ya diminta saja itu tanah para orang-orang kaya yang mempunyai berhektar-hektar tanah, untuk mensejahterakan para pemandu lagu di karaoke aja mampu, masa untuk kesejahteraan masyarakat tanah kelahiranya tidak mau, wkwkw.

Gemah ripah loh jinawi dan kesejahteraan masyarakat

Yah kita tau, Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai kekayaan alam berlimpah, tentram, makmur, dan sangat subur tanahnya. Tapi anehnya, kesejahteraan masyarakat belum bisa terwujud, itu semua tidak serta Merta disebabkan sistem pemerintahan yang bobrok, tapi juga kelakuan masyarakat yang hedonis, glamour, dan konsumtif, tanpa memperdulikan nasib orang miskin disekitar.
Jika bicara tentang agenda reforma agraria sejati, apakah Indonesia tidak bisa mewujudkanya ketika Indonesia mempunyai kekayaan alam yang berlimpah?
Padahal, pengertian agraria tidak hanya  mancakup kepada pertanian ataupun penguasaan lahan, pengertian agraria dalam hukum Indonesia memiliki makna yang luas ketimbang sekedar meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan tanah saja, dalam undang-undang pokok agraria tahun 1960 (UUPA) kata "agraria" mengacu pada semua sumber daya alam, meliputi tanah, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Dalam keadaan sumber daya alam yang melimpah, apakah Indonesia termasuk negara yang gemah ripah loh jinawi? Ya mungkin termasuk, tapi tidak semuanya, masih kurang mengenai aspek kesejahteraan dalam orientasi pengetahuan, yah gimana ya, soalnya rata-rata masyarakat kurang pengetahuan, kurang bisa mengelola informasi, insyaAllah dengan rasa welas asih dan pemuda yang mau usung-usung melakukan penyuluhan minat baca (literasi) kesejahteraan pengetahuan akan mulai mengalami peningkatan.
keterbatasan pendidikan dan pengetahuan mungkin disebabkan kurang baiknya sistem pendidikan dan magernya masyarakat dalam memerangi kebodohan.
Kira-kira begitu yah kawan-kawan, penulis hanya orang bodoh yang minim pengetahuan, sekian terimakasih.

mahfudz

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Select Menu